Puisi Alam - sungguh indahnya alam ku ini, dan sangat di sayangkan dengan keindahan alam Indonesia ini masih banyak yang tidak bisa merawatnya. Tentunya hal ini membuat alam yang kita miliki jadi tidak asri dan indah lagi. penebangan hutan tanpa aturan dan tidak adanya realisasi terhadap pohon yang di tebang membuat alam Indonesia menjadi tidak indah lagi. Hal ini merupakan salah satu penyebab terjadinya bencana alam yang ada di Indonesia karena masyarakatnya tidak bisa memelihara alamnya sendiri.
Untuk itu agar kita tetap mengingat pentingnya alam yang kita punya untuk di jaga. mungkin ada baiknya kita membaca Puisi Alam yang sudah saya siapkan untuk kalian semua. Baca juga Puisi Pagi Hari agar kita bisa merasakan indahnya pagi dengan secarik puisi puisi ini bertujuan agar kita bisa mengingat indahnya alam itu sendiri. dan berikut ini kumpulan puisinya :
ALAM DESAKU
Kulihat sawah membentang
warna hijau bagai permata alam
kucoba telusuri jalan
akankah tetap begitu
Kuingin tetap begini
terlihat apa adanya
kuingin tetap begitu
terlihat kenyataanya
Mentari mulai tenggelam
dan..akupun teteap disini
menikmati alam yang ada
anugerah dari yang kuasa
Oh..alam desaku
...aman dan damai
Oh.... alam desaku
....lestarikanlah
KICAU BURUNG
Kicau burung yang menyusup lewat
sela daun mangga bersama hangatnya mentari pagi
adalah sebuah misteri
pada siapa rindu kubagi
Kicau burung yang menggetarkan ibaku
daun terbang entah kemana
adalah sebuah duka
yang tertinggal dari kibasan
sayap lukanya
DI TEPI LAUT
Diujung musim yang bertiup angin
bagai denguas gurun pasir
cahaya melompat dalam lautan salju
diseretnya langkah dimalam itu
dalam putih waktu
kutawarkan pada-Mu
jenuh semesta ini kupenuhi isi
dihidupmu nasib dunia
bentangkan kedua tangan mu
pohon-pohon kering di tepi laut padang pasir
menyanyi dalam gaib malam
kepada seluruh dunia
yang menelankan dipucuk pantai
kuburlah hidup tanpa kesadaran
BERITA ALAM
Halilintar menggelegar, daun-daun berguguran
Langit biru menghilang
Burung terbang tinggalkan sarang
Rintik hujan berjatuhan, payung-payung dikenakan
Pohon tumbang tercabut dari akarnya
Awan hitam semakin mengembang
Kulangkahkan kakiku menuju cakrawala
Gapai harapan mimpi indah
Kupetik senar gitarku nyanyikan lagu tra la la
Merah putih sudah kusam warnanya
Burung garuda entah terbang kemana
Pancasila tak lagi bermakna
Indonesiaku tertutup wajahnya
Badai datanglah hentak kegersangan
Hujan air turunlah sirami kekeringan
Mentari terbitlah ubah kesuraman alam ini
Nergri ini....
HAMPARAN MUTIARA
Sepi hening dikeramaian
menatap hari tanpa dedaunan
tak satupun serpan daun menerawang
menutupi diri dalam ketenangan
berdiri sepi menatap rembulan
ditemani sang kekasih malam
hamparan mutiara bersinar terang
tanpa bunyi rembulan malam
diri runtuh benuh keikhlasan
menuntun diir mengharap penerangan
wujut nyata tanpa bayangan
mensyukuri indahnya angin
menitih air dari rembulan
melapas angan angan menunggu ke ikhlasan
agar datang ketenangan
LEMBAYUNG JINGGA
Lembayung jingga masih setia
diatas bukit yang sama
beranjak perlahan melepas senja
menunggu sesaat sambut kejora
Sedikt engkau terlihat resah
saat pekat hendak menjelma
seakan kau terluka
saksikan kiprah para manusia
Raut wajahmu tak seindah dulu
selalu ceria dan tak pernah sendu
kini kau simpan dendam menggebu
pada kami yang merasa tak tahu
Kau tatap kami dengan sinarmu yang tajam
bagai ceria yang siap menghujam
tanpa merasa ada batas yang menghadang
karena kami yang selalu jauh pada Sang Khalam
PUISI ALAM
Bertambah panasnya dunia ini
semakin tak terasa sejuknya angin
semakin tak terdengarnya kicauan nyanyian alam
semakin hilang jernihnya air sungai
hanya keringat manusia serakah yang sering menetes
dibumi ini semakin keringnya tanah yang dia pijak
tak ada lagi pohon yang tumbuh
hanya gedung yang sanggup bertahan saat ini
Kemana manusia yang dulu merindukan kesejukan dan kedamaian?
kini hilang, melupakan keheningan dan kesejukan
udara bersih...
tidakah manusia merindukan itu semua
Sadarlah manusia serakah, masih banyak pekerjaan
yang tidak harus mmerusak tempat tinggalmu sekarang
bumi ini rumah kita bersama
jaga dan rawatlah rumah kita ini.
KEMARAU DIAM
Kemarau diam di jiwaku. Serangkai
bayang-bayang randu tumbang, berisi adzan
dengan pilu. Pahamilah bagaimana mataku rabun,
jumpalitan, begitu cemburu. Aku susuri ketiakmu,
tapi rupanya jalanan makin malam,
meski aku telah tinggalkan dirimu. Sepanjang keriuhan kelu,
mayatku terpencil. Ingus para pejalan bergayutan
di jenggotku
Seluruh kesumat dan derita memacu
pengetahuanku. Arwahku memanggil namamu,
sementara panorama lebur, selangkah demi selangkah
memudar, menjelajahi batu. Di dasar pijaran kabut,
aku adalah jenazah bagi setiap hasrat dan kesintalanmu.
Kegembiraanku mengintip tato kupu-kupu di pusaramu.
Malam makin dingin, mendzikirkan diamku.
Penampakan-penampakan gaib, samun, mencair
hitam bersama salju.
Karena bunga-bunga gugur adalah sihir
yang menghidupkan bangkai-bangkai, juga sajak-sajakku.
Demikianlah dingin meledak bersama shalatku.
Pohon-pohon yang rabun dalam gerimis kabur
bersama gemuruh. Aku wudhlu matahari
meniupkan terompet seribu tahun
di hari-hari pagi talkin seratus gerhana menafasiku.
Dunia kelak hanya kelam yang mempasakkan
gaung-gaung. Halimun menghirup mayat-mayat
rumput. Aku kini pelangi. Peneguh riwayat
ketelanjangan
letusan-letusan peluru.
LAGU OMBAK
Pantai yang perkasa adalah kekasihku
Dan aku adalah kekasihnya
Akhirnya kami dipertautkan oleh cinta
Namun kemudian bulan menjarakkan aku darinya
Kupergi padanya dengan cepat lalu berpisah
dengan berat hati.
Membisikan selamat tinggal berulang kali.
Aku segera bergerak diam-diam
dari balik kebiruan cakrawala
untuk mengayunkan sinar keprakan buihku
kepangkuan keemasan pasir
Dan kami berpadu dalam adunan terindah
Aku lepaskan kehausannya
Dan nafasku memenuhi segenap relung hatinya
dia melembutkan suaraku dan
mereda gelora didadaku.
Kala fajar tiba, kuucapkan prinsip cinta di telinganya
dan dia memelukku penuh damba
diteriksiang kunyanyikan dia lagu harapan
Diiringi kucupan-kucupan kasih sayang
Gerakku pantas diwarnai kebimbangan
Sedangkan dia tetap sabar dan tenang.
Dadanya yang bidang meneduhkan kegelisahanku
Kala air pasang kami saling memeluk
Kala surut aku berlutut menjamah kakinya
Memanjatkan doa seribu sayang
Aku selalu berjaga sendiri
Menyusut kekuatanku
tetapi aku pemuja cinta
dan kebenaran cinta itu sendiri perkasa
mungkin kelelahan akan menimpaku
Namun tiada aku bakal binasa.
TAMAN
Taman punya kita berdua
tak lebar luas, kecil saja
satu tak kehilangan lain dalamnya
Bagi kau dan aku cukuplah
Taman kembangnya tak berpuluh warna
Padang rumputnya tak berbanding permadani
halus lembut dipijak kaki
Bagi kita bukan halangan
Karena
dalam taman punya berdua
kau kembang, aku kumbang
aku kumbang, kau kembang
kecil, penuh surya taman kita
tempat merenggut dari dunia dan 'nusia
SENJA DI PELABUHAN KECIL
Ini kali tidak ada yang mencari cinta
diantara gudang, rumah tua, ada cerita
tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut
menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut
Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang
menyinggung muram, desir hari lari berenang
menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak
dan kini tanah dan air tidur hilang ombak.
Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan
menyisir semenanjung, masih pengap harap
sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan
dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap.
Demikianlah artikel mengenai Kumpulan Puisi Alam Indah yang bisa saya berikan untuk pembaca semuanya. semoga dengan adanya puisi ini kita bisa mengambil hikmah yang di dapat dari sajak-sajak puisi diatas.
0 komentar:
Posting Komentar